Tips Menjadi Guru Yang Menyenangkan Bagi Siswa

Tugas Guru intinya yakni mengajar dan mendidik. Sebagai pengajar ia merupakan  mediator aktif antara siswa dan ilmu pengetahuan, sedang sebagai pendidik ia merupakan medium aktif antara siswa dan haluan/filsafat negara dan kehidupan masyarakat dengan segala seginya, dan dalam berbagi langsung siswa serta mendekatkan mereka dengan pengaruh-pengaruh dari luar yang baik dan menjauhkan mereka dari pengaruh-pengaruh yang buruk. Dengan demikian seorang guru wajib mempunyai segala sesuatu yang erat hubungannya dengan bidang tugasnya, yaitu pengetahuan, sifat-sifat kepribadian, serta kesehatan jasmani dan rohani.


Guru yang baik intinya yakni insan yang baik. Mereka mempunyai kepribadian penyayang, baik, hangat, sabar, tegas, luwes dalam perilaku, bekerja keras, serta berkomitmen pada pekerjaan mereka. Pusat perhatian mereka bukanlah pada buku teks atau kurikulum, tetapi pada anak! Mereka sangat menyadari beragamnya cara bawah umur belajar, perbedaan antar bawah umur dan pentingnya metode bermacam-macam untuk mendorong siswa bisa belajar. Anak-anak yang berguru dengan guru semacam itu tidak perlu lagi mengeluarkan uang pemanis untuk mengikuti les sepulang sekolah.

Tidak gampang menjadi guru yang baik, menyenangkan, dikagumi dan dihormati oleh anak didik, masyarakat sekitar dan rekan seprofesi.
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh seorang guru untuk menerima ratifikasi sebagai guru yang baik dan berhasil.

Pertama. Berusahalah tampil di muka kelas dengan prima.
Kuasai betul bahan pelajaran yang akan diberikan kepada siswa. Jika perlu, ketika berbicara di muka kelasa tidak membuka catatan atau buku pegangan sama sekali. Berbicaralah yang terang dan lancar sehingga terkesan di hati siswa bahwa kita benar-benar tahu segala permasalahan dari bahan yang disampaikan.

Kedua. Berlakulah bijaksana.
Sadarilah bahwa siswa yang kita ajar, mempunyai tingkat kepandaian yang berbeda-beda.
Ada yang cepat mengerti, ada yang sedang, ada yang lambat dan ada yang sangat lambat bahkan ada yang sulit untuk bisa dimengerti. Jika kita mempunyai kesadaran ini, maka sudah bisa dipastikan kita akan mempunyai kesabaran yang tinggi untuk menampung pertanyaan-pertanyaan dari anak didik kita. Carilah cara sederhana untuk menjelaskan pada siswa yang mempunyai tingkat kemampuan rendah dengan contoh-contoh sederhana yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari walaupun mungkin contoh-contoh itu agak konyol.


Ketiga. Berusahalah selalu ceria di muka kelas.
Jangan membawa persoalan-persoalan yang tidak menyenangkan dari rumah atau dari tempat lain ke dalam kelas sewaktu kita mulai dan sedang mengajar.

Keempat. Kendalikan emosi.
Jangan gampang murka di kelas dan jangan gampang tersinggung alasannya sikap siswa. Ingat siswa yang kita bimbing yakni bakir balig cukup akal yang masih sangat labil emasinya. Siswa yang kita bimbing berasal dari tempat dan budaya yang mungkin berbeda satu dengan yang lainnya dan berbeda dengan kebiasaan kita, apalagi mungkin pendidikan di rumah dari orang tuanya memang kurang sesuai dengan tata cara dan kebiasaan kita. Marah di kelas akan menciptakan suasana menjadi tidak enak, siswa menjadi tegang. Hal ini akan kuat pada daya kecerdikan siswa untuk mendapatkan bahan pelajaran yang kita berikan.

Kelima. Berusaha menjawab setiap pertanyaan yang diajukan siswa.
Jangan memarahi siswa yang yang terlalu sering bertanya. Berusaha menjawab setiap pertanyaan yang diajukan siswa dengan baik. Jika suatu ketika ada pertanyaan dari siswa yang tidak siap dijawab, berlakulah jujur. Berjanjilah untuk sanggup menjawabnya dengan benar pada kesempatan lain sementara kita berusaha mencari jawaban tersebut. Janganlah merasa aib alasannya hal ini. Ingat sebagai insan kita mempunyai keterbatasan. Tapi usahakan hal ibarat ini jangan terlalu sering terjadi. Untuk menghindari bencana ibarat ini, berusahalah untuk banyak membaca dan berguru lagi. Jangan bosan belajar. Janganlah menutupi kelemahan kita dengan cara marah-marah bila ada anak yang bertanya sehingga menyebabkan anak tidak berani bertanya lagi. Jika siswa sudah tidak beranibertanya, jangan harap pendidikan/pengajaran kita akan berhasil. Keenam. Memiliki rasa aib dan rasa takut. Untuk menjadi guru yang baik, maka seorang guru harus mempunyai sifat ini. Dalam hal ini yang dimaksud rasa aib yakni aib untuk melaksanakan perbuatan salah, sementara rasa takut yakni takut dari jawaban perbuatan salah yang kita lakukan. Dengan mempunyai kedua sifat ini maka setiap perbuatan yang akan kita lakukan akan lebih gampang kita kendalikan dan dipertimbangkan kembali apakah akan terus dilakukan atau tidak.

Ketujuh. Harus sanggup mendapatkan hidup ini sebagai mana adanya.
Di negeri ini banyak semboyan-semboyan mengagungkan profesi guru tapi kenyataannya negeri ini belum mampu/mau menyejahterakan kehidupan guru. Kita harus bisa mendapatkan kenyataan ini, jangan membandingkan penghasilan dari jerih payah kita dengan penghasilan orang lain/pegawai dari instansi lain. Berusaha untuk hidup sederhana dan bila masih belum mencukupi berusaha mencari sambilan lain yang halal, yang tidak merigikan orang lain dan tidak merugikan diri sendiri. Jangan pusingkan gunjingan orang lain, ingatlah pepatah “anjing menggonggong bajaj berlalu.”

Kedelapan. Tidak sombong.
Tidak menyombongkan diri di hadapan murid/jangan membanggakan diri sendiri, baik ketika sedang mengajar ataupun berada di lingkungan lain. Jangan mencemoohkan siswa yang tidak pintar di kelas dan jangan mempermalukan siswa (yang salah sekalipun) di muka orang banyak. Namun pangillah siswa yang bersalah dan bicaralah dengan baik-baik, tidak berbicara dan berlaku garang pada siswa.

Kesembilan. Berlakulah adil.
Berusahalah berlaku adil dalam memberi evaluasi kepada siswa. Jangan membeda-bedakan siswa yang pandai/mampu dan siswa yang kurang pandai/kurang bisa Serta tidak memuji secara hiperbola terhadap siswa yang pintar di hadapan siswa yang kurang pandai.

sumber
Related Posts